Rasa Prihatin Hanyalah Sebuah Like

     Halo kawan Info Medsos :D,  Kali ini saya akan membawakan berita tentang kenyataan yang terjadi di dunia maya khususnya Media Sosial ini. Banyak orang sekarang hanya fokus pada gadget mereka masing- masing tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya. Mereka seperti zombie yang memegang gadget, Ketika mereka berbicara, membaca buku, mendengarkan musik, makan dan lain-lain mereka hanya menggunakan gadget saja. Dan kitapun seperti hidup di jaman dimana rasa prihatin hanyalah sebuah LIKE atau komentar sehingga rasa solidaritas pun mulai menghilang dan sibuk akan urusan kita sendiri. Apakah ini yang dimaksud dengan manusia sebagai makluk sosial ? menurut mimin jaman sekarang manusia itu bukan sebagai makluk sosial tapi makluk yang diperbudak oleh gadget dan teknologi. Seharusnya gadget atau teknologi lainya itu, kita yang mengaturnya bukan sebaliknya, jika kita bisa mengatur teknologi yang serba canggih, bukan hal mustahil itu akan menghasilkan lapangan pekerjaan untuk orang banyak. Jika yang terjadi sebaliknya maka semua manusia seperti orang yang bodoh yang lupa semuanya dan hanya ingat dengan gadget, dan inilah ciri-ciri orang bodoh yang diperbudak oleh gadget dan media sosial :

  1. Berapa sering kau membuka akun sosmed-mu, sebegitu jugalah kau didera sakit jiwa. Kian banyak akun sosmedmu, kian sakit jiwalah kau. Kian sering kau buka, kian sakit jiwalah kau. Waktu dan fokusmu akan kian habis digerus oleh “teks/gambar”  yang maya, yang tidak beneran ada di depanmu, untuk menggantikan fokusmu pada apa atau orang yang ada di depanmu. Pernahkah kau menemukan orang yang rela antri tiket film, begitu masuk ke dalam, ternyata sibuk sama akun sosmednya? Banyakkk banget! malah mereka lebih pamer mereka bisa nonton dan apa yang mereka lakuin disana dari pada menyaksiskan isi film tersebut. Bayangin, mereka rela antri tiket, bayar tiket yang tak murah, lalu berdesakan masuk, ehhh…sampai di dalam, malah cuma sosmedan.  Gila! Film-nya dikemanain, B**o?! Yang mereka lakukan apa coba di sosmed itu? Palingan cuma ngepoin timeline, balas komen seseorang (jika ada), atau malah bikin status baru, untuk beberapa menit kemudian dilihat lagi dan lagi, berharap ada yang ngomenin atau like-in. Benar-benar tipe orang yang kesepian dan butuh belaian perhatian. Messakke! Sementara, di depannya, alur film telah melesat begitu jauhnya. 
  2. Betapa banyak kita menjumpai orang yang sedang naik motor atau menyetir sambil sibuk sama gadget-nya. Kalau nelpon masih medinganlah. Lha ini cuma sebuah chat, yang celakanya isinya nggak penting banget, yang bisa dilakukan sejam kemudian bila sudah tidak menyetir/mengemudi, atau cuma untuk lihat status yang baru dibuat. Seolah lu nyawa punya stok sekian puluh! Seolah telat semenit saja untuk balas chat atau komen orang di sosmed adalah kebiadaban etika yang sangat serius. Pernahkah kau melihat seseorang yang nggak kunjung bergerak di lampu merah saat telah hijau gara-gara matanya terpaku (paku aja beneran!) pada layar gadget-nya? Ia baru tersentak dan maju dengan gragas setelah diklakson banyak orang. Kampret banget!
  3. Ini sungguh bagian paling menyedihkan. Saat kita ke kafe atau resto, lihatlah berkeliling. Berapa banyak di antara orang yang duduk di kafe atau resto itu yang matanya tersedot ke gadget, demikian pula orang di depannya. Bila yang duduk di sekitar sebuah meja ada 4 orang, semuanya melakukan sikap yang sama: mendelengi gadget-nya! Padahal, kita tahu, untuk bisa kumpul bareng, sama-sama, jelas butuh penyesuaian waktu dan keinginan. Bagi sebagian besar kita, untuk mendapatkan sikon ini, butuh perencanaan. Janjian dulu. Bodohnya, begitu sikon tercipta, kumpul-kumpul yang direncanakan jauh-jauh hari itu telah terwujud, semua mata tertekuk ke gadget. Orang nyata ditukar dengan orang maya! Badan mereka duduk berhadapan, tetapi jiwa mereka berlesatan ke mana-mana, bersama orang-orang maya yang entah siapa itu, yang tentu saja sangat tak lebih penting dibanding orang-orang nyata yang lagi duduk di hadapannya. Tak ayal, saat seseorang membuka obrolan, seringkali lawan bicaranya nggak paham dan ha-he-ha-he, sehingga si pencerita harus mengulang lagi dan lagi. Otaknya dibekap sosmed, chat, yang semu, maya, sementara di depannya ada chat nyata beserta gesture dan tatapan mata lengkap yang diacuhkan. Buat apa janjian? Buat apa repot mau ketemuan? Buat apa, buat apa, Kampret?! Kebodohan paling bodoh ialah kelakuan seorang mama atau papa yang mengabaikan celoteh anak-anaknya gara-gara tangannya kelet sama gadget. Seolah tangannya dilem ke gadget, seolah matanya dipaku ke gadget. Iya sih, nggak usah sewot, tentu saja gadget penting. Tentu saja, gadget banyak manfaatnya. Tanpa gadget, kita bisa kuper dan cupet. Tapi, gak gitu juga kan ? masih banyak hal penting dari pada gadget itu, seperti keluarga, teman yang perlu bicara secara tatap muka langsung.



Catatan :
"Gunakan Gadgetmu untuk hal-hal berguna dan positif dan jangan pernah mau di perbudak oleh gadgetmu sahabat "
First